Biography: Endang Rahayu Sedyaningsih
Berawal dari tugas guru gue untuk membuat suatu biografi tokoh, gue berpikir. siapa yang harus gue tulis? Soekarno kah? Habibie kah? atau malah Katy perry? atau One Direction? akhirnya. setelah ngiter gramedia dari satu rak ke rak lainnya. gue berpikir.. kenapa gak sesuatu yang jarang untuk dikupas? kalau Habibie dan Soekarno kan buku biografinya udah banyak. mereka memang Inspire tapi... gue yakin banyak banget yang bakal ngangkat tema itu besok disekolah. akhirnya gue menemukan satu buku, yang.. menurut gue ini keren banget. judulnya Untaian Garnet dalam Hidupku. sebuah Autobiografi yang ditulis sendiri oleh Mantan Mentri Kesehatan Republik Indonesia, Kabinet Indonesia Bersatu jilid II. Alm. Endang Rahayu Sedyaningsih. selesai membaca buku karangan beliau, banyak banget amanat yang bisa dipetik. dan kali ini gue mau sedikit bercerita tentang isi buku beliau.
Endang Rahayu Sedyaningsih. Lahir di Jakarta, 1 February 1955. Dari pasangan Suami Istri sebagai Dosen. Wanita yang akrab disapa Enny ini menikah dengan seorang pria keturunan Manado yang bernama Renny Mamahit, teman lamanya di Universitas Indonesia jurusan Kedokteran. Selama setahun lebih menunggu datangnya seorang anak, akhirnya lahirlah seorang anak lelaki yang diberi nama Ari Nanda Wailan Mamahit atau Ari. setelah itu disusul dengan anak keduanya, yang diberi nama Wandhana Raspati Mamahit atau Wandha. dan terakhir, seorang putri sulung lahir pada tahun 1992 yang diberi nama Rayinda Raumanen Mamahit atau Rayi. Hobbynya adalah berenang dan juga menulis. bakatnya menulis ini sebenarnya telah munvul sejak SMP tetapi baru dikembangkan saat beliau Bekerja di Kanwil 1 kesehatan. Semasa hidupnya, beliau adalah orang yang berpikiran teguh, berkemauan keras, dan juga orang yang humoris. Sampai sesaat sebelum beliau pergi menghadap sang Ilahi, beliau masih tinggal di Duren sawit, Rumah yang ia beli untuk mengenang Almarhum Ayahnya ini lah yang kemudian menemaninya sampai sesaat sebelum ia dipindahkan ke RSCM pavilliun Kencana. Beliau sangatlah mencintai anak anaknya. Baginya, anak anaknya adalah segalanya, bahagia disaat anak anaknya bahagia, dan ikut menangis disaat anak anaknya pun menangis.
Riwayat pendidikan
Beliau menempuh pendidikan SD, SMP, SMA, hingga Perguruan Tinggi di Jakarta. Lulus sebagai dokter umum dari Universitas Indonesia tahun 1979. Pada tahun 1980-1983 beliau pindah ke kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur. Ketika gilirannya untuk menempuh pendidikan S2 dan S3 datang, Beliau melanjutkan Studinya ke HSPH atau Harvard School of Public Health, United States. disekolah ini lah ia bertemu dengan empat dokter asal Asia yang kemudian menjadi teman baiknya selama disana. Selesai S2 nya, beliau kemudian melanjutkan studi S3 nya di universitas dan jurusan yang sama.
Karrier
Setelah lulus dari FK UI tahun 1980 beliau bersama suaminya, pindah ke Sikka, Nusa Tenggara Timur. Beliau menjabat sebagai kepala puskesmas Waipare, Kecamatan Kewapante. dan suaminya juga bekerja sebagai kepala puskesmas Kecamatan Bola. Pengalaman bekerja di puskesmas inilah yang dikemudian hari sangat bermanfaat. Sepulangnya dari NTT beliau bekerja di Kanwil Kesehatan DKI Jakarta, Selama 8 tahun sambil menunggu suaminya yang melanjutkan studinya ke jurusan Kandungan dan Kebidanan FK UI. Kariernya dikementrian kesehatan kemudian dilanjutkan sebagai seorang peneliti di Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Pada tahun 1997-2006 Beliau sempat bekerja di Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) di Geneva, Swiss dibidang Penganganan Penyakit Menular. Beliau juga sempat menjadi bawahan menteri kesehatan Kabinet Indonesia Bersatu jilid 1 yaitu Siti Fadhila Supari. wanita yang telah menulis lebih dari 50 artikel di Jurnal Nasional dan Internasional ini kemudian dipanggil oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono ke Cikeas. Pada saat itu, beliau sedang mengadakan rapat di Hotel Horizon Bekasi, Setelah itu, pada tanggal 22 Oktober 2009 adalah hari yang paling membahagiakan bagi beliau karena dipercaya oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono intik menjabat sebagai menteri kesehatan Kabinet Indonesia Bersatu jilid II. Periode 2009-2014. Selain karriernya, beliau sempat menjadi kontributor tetap majalah Ananda dan Perkawinan. Beliau juga banyak mendapatkan penghargaan, diantaranya Sulianti Award dan APACPH (Asia Pasific Academics of Public Health) Award.
Akhir riwayat
Tepat satu tahun setelah menjabat sebagai mentri kesehatan, seperti biasa beliau melakukan check up rutin tahunan dan pada saat itu lah diketahui bahwa ada kanker yang bersarang di paru parunya dan sudah berstadium 4. bagaikan sebuah petir yang menyambar disiang bolong, setelah mengetahui berita itu, air mata beliau tidak bisa terbendung lagi. Beliau sempat terpuruk, tetapi dengan bantuan orang orang yang mencintai nya disekelilingnya, beliau kemudian bangkit dan mengusahakan kesembuhannya. selama 1.5 tahun itu beliau menjalani pengobatan di dalam dan luar negeri, hingga akhirnya, pada tanggal 1 Mei 2012 beliau dilarikan kerumah sakit karena merasakan nyeri ditubuhnya, sempat pula keluar cairan bening dari hidungnya, Segala pengobatan yang beliau lakukan kemudian tidak dapat menolong kesembuhannya, tepat satu hari setelahnya, pada tanggal 2 Mei 2012 pukul 11.41 catatan harian beliau terhenti. dan tidak akan pernah tersambung untuk selamanya. beliau menghadap yang maha kuasa di ruang pavilliun Kencana, Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo.
Nilai Keteladanan
Beliau adalah orang yang pantang menyerah. terbukti dengan kegigihannya meneruskan studinya sampai ke jenjang sarjanan dan doktor di Harvard School of Public health. selain itu beliau juga tidak pernah berputus asa, saat dokter memfonisnya dengan penyakit kanker itu. beliau tetap berusaha sampai akhir hayatnya. tetap berusaha mengusahakan kesembuhannya. Beliau juga meruoakan orang yang jujur, terbukri saat beliau menjabat sebagai ekselon 4 beliau menolak semua pemberian yang tertuju kepadanya. Beliau juga bijak dalam mengambil keputusan dan ramah terhadap semua orang. hal inilah yang menyebabkan ia dicintai oleh keluarga dan.. rakyatnya.
satu hal yang bikin gue kagum sama buku ini. dalam buku ini, seorang temannya semasa beliau berada di Harvard berkata: "...why not? god already gives everything. very good husband, two boys, and a very sweet daughter. you are not poor, you have a chance to study in a very prestigious school, so... why can't you accept one more gift from your god?" dan temannya Hector, seorang katolik berbicara " always count your grace" menurut gue ini meaning banget. selama ini kita semua lupa terhadap nikmat yang tuhan berikan kepada kita, selalu ingin lebih dan lebih. disaat kita jatuh, kita marah dan selalu ingin menyalahkan.. padahal pada saat jatuh itulah kita dapat mengingat bahwa tuhan telah memberikan kita segalanya. tetapi kenapa kita tetap tak bersyukur dan selalu meminta lebih? maka dari itu... syukuri apa yang ada, hidup adalah anugrah. tetap jalani hidup ini dan tak pernah putus asa *ngutip sedikit dari D'masiv ya*
Endang Rahayu Sedyaningsih. Lahir di Jakarta, 1 February 1955. Dari pasangan Suami Istri sebagai Dosen. Wanita yang akrab disapa Enny ini menikah dengan seorang pria keturunan Manado yang bernama Renny Mamahit, teman lamanya di Universitas Indonesia jurusan Kedokteran. Selama setahun lebih menunggu datangnya seorang anak, akhirnya lahirlah seorang anak lelaki yang diberi nama Ari Nanda Wailan Mamahit atau Ari. setelah itu disusul dengan anak keduanya, yang diberi nama Wandhana Raspati Mamahit atau Wandha. dan terakhir, seorang putri sulung lahir pada tahun 1992 yang diberi nama Rayinda Raumanen Mamahit atau Rayi. Hobbynya adalah berenang dan juga menulis. bakatnya menulis ini sebenarnya telah munvul sejak SMP tetapi baru dikembangkan saat beliau Bekerja di Kanwil 1 kesehatan. Semasa hidupnya, beliau adalah orang yang berpikiran teguh, berkemauan keras, dan juga orang yang humoris. Sampai sesaat sebelum beliau pergi menghadap sang Ilahi, beliau masih tinggal di Duren sawit, Rumah yang ia beli untuk mengenang Almarhum Ayahnya ini lah yang kemudian menemaninya sampai sesaat sebelum ia dipindahkan ke RSCM pavilliun Kencana. Beliau sangatlah mencintai anak anaknya. Baginya, anak anaknya adalah segalanya, bahagia disaat anak anaknya bahagia, dan ikut menangis disaat anak anaknya pun menangis.
Riwayat pendidikan
Beliau menempuh pendidikan SD, SMP, SMA, hingga Perguruan Tinggi di Jakarta. Lulus sebagai dokter umum dari Universitas Indonesia tahun 1979. Pada tahun 1980-1983 beliau pindah ke kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur. Ketika gilirannya untuk menempuh pendidikan S2 dan S3 datang, Beliau melanjutkan Studinya ke HSPH atau Harvard School of Public Health, United States. disekolah ini lah ia bertemu dengan empat dokter asal Asia yang kemudian menjadi teman baiknya selama disana. Selesai S2 nya, beliau kemudian melanjutkan studi S3 nya di universitas dan jurusan yang sama.
Karrier
Setelah lulus dari FK UI tahun 1980 beliau bersama suaminya, pindah ke Sikka, Nusa Tenggara Timur. Beliau menjabat sebagai kepala puskesmas Waipare, Kecamatan Kewapante. dan suaminya juga bekerja sebagai kepala puskesmas Kecamatan Bola. Pengalaman bekerja di puskesmas inilah yang dikemudian hari sangat bermanfaat. Sepulangnya dari NTT beliau bekerja di Kanwil Kesehatan DKI Jakarta, Selama 8 tahun sambil menunggu suaminya yang melanjutkan studinya ke jurusan Kandungan dan Kebidanan FK UI. Kariernya dikementrian kesehatan kemudian dilanjutkan sebagai seorang peneliti di Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Pada tahun 1997-2006 Beliau sempat bekerja di Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) di Geneva, Swiss dibidang Penganganan Penyakit Menular. Beliau juga sempat menjadi bawahan menteri kesehatan Kabinet Indonesia Bersatu jilid 1 yaitu Siti Fadhila Supari. wanita yang telah menulis lebih dari 50 artikel di Jurnal Nasional dan Internasional ini kemudian dipanggil oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono ke Cikeas. Pada saat itu, beliau sedang mengadakan rapat di Hotel Horizon Bekasi, Setelah itu, pada tanggal 22 Oktober 2009 adalah hari yang paling membahagiakan bagi beliau karena dipercaya oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono intik menjabat sebagai menteri kesehatan Kabinet Indonesia Bersatu jilid II. Periode 2009-2014. Selain karriernya, beliau sempat menjadi kontributor tetap majalah Ananda dan Perkawinan. Beliau juga banyak mendapatkan penghargaan, diantaranya Sulianti Award dan APACPH (Asia Pasific Academics of Public Health) Award.
Akhir riwayat
Tepat satu tahun setelah menjabat sebagai mentri kesehatan, seperti biasa beliau melakukan check up rutin tahunan dan pada saat itu lah diketahui bahwa ada kanker yang bersarang di paru parunya dan sudah berstadium 4. bagaikan sebuah petir yang menyambar disiang bolong, setelah mengetahui berita itu, air mata beliau tidak bisa terbendung lagi. Beliau sempat terpuruk, tetapi dengan bantuan orang orang yang mencintai nya disekelilingnya, beliau kemudian bangkit dan mengusahakan kesembuhannya. selama 1.5 tahun itu beliau menjalani pengobatan di dalam dan luar negeri, hingga akhirnya, pada tanggal 1 Mei 2012 beliau dilarikan kerumah sakit karena merasakan nyeri ditubuhnya, sempat pula keluar cairan bening dari hidungnya, Segala pengobatan yang beliau lakukan kemudian tidak dapat menolong kesembuhannya, tepat satu hari setelahnya, pada tanggal 2 Mei 2012 pukul 11.41 catatan harian beliau terhenti. dan tidak akan pernah tersambung untuk selamanya. beliau menghadap yang maha kuasa di ruang pavilliun Kencana, Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo.
Nilai Keteladanan
Beliau adalah orang yang pantang menyerah. terbukti dengan kegigihannya meneruskan studinya sampai ke jenjang sarjanan dan doktor di Harvard School of Public health. selain itu beliau juga tidak pernah berputus asa, saat dokter memfonisnya dengan penyakit kanker itu. beliau tetap berusaha sampai akhir hayatnya. tetap berusaha mengusahakan kesembuhannya. Beliau juga meruoakan orang yang jujur, terbukri saat beliau menjabat sebagai ekselon 4 beliau menolak semua pemberian yang tertuju kepadanya. Beliau juga bijak dalam mengambil keputusan dan ramah terhadap semua orang. hal inilah yang menyebabkan ia dicintai oleh keluarga dan.. rakyatnya.
satu hal yang bikin gue kagum sama buku ini. dalam buku ini, seorang temannya semasa beliau berada di Harvard berkata: "...why not? god already gives everything. very good husband, two boys, and a very sweet daughter. you are not poor, you have a chance to study in a very prestigious school, so... why can't you accept one more gift from your god?" dan temannya Hector, seorang katolik berbicara " always count your grace" menurut gue ini meaning banget. selama ini kita semua lupa terhadap nikmat yang tuhan berikan kepada kita, selalu ingin lebih dan lebih. disaat kita jatuh, kita marah dan selalu ingin menyalahkan.. padahal pada saat jatuh itulah kita dapat mengingat bahwa tuhan telah memberikan kita segalanya. tetapi kenapa kita tetap tak bersyukur dan selalu meminta lebih? maka dari itu... syukuri apa yang ada, hidup adalah anugrah. tetap jalani hidup ini dan tak pernah putus asa *ngutip sedikit dari D'masiv ya*
Comments
Post a Comment